Jumat, 08 Maret 2013
Diposting oleh
Unknown
di
18.46
sejarah musical studio's
Berawal
dari pekerjaan Yamin Widjaja (Amin) sebagai pemilik toko elektronik dan
distributor album rekaman yang membuka outletnya di kawasan Pasar Baru, dimulailah sejarah panjang industri rekaman terbesar di Indonesia.
Toko elektronik dan distributor rekaman tersebut didirikan pada awal tahun 60-an dengan
nama toko Eka Sapta. Pak Amin Cengli - begitu Yamin Widjaja biasa
disapa - secara tak sengaja banyak berkenalan dengan orang-orang tenar
di dunia musik, antara lain almarhum Bing Slamet, Ireng Maulana, Enteng Tanamal dan Idris Sardi. Pergaulan di seputar orang musik itulah yang pada akhirnya menjadi inspirator lahirnya nama band Eka Sapta. Sebagai pemilik toko elektronik dan distributor rekaman yang ikut membangun band Eka Sapta,
Amin bergerak lebih jauh dengan mendirikan perusahaan rekaman sendiri.
Pada awalnya ia meminjam alat rekaman milik perusahaan Remaco, membuat
rekaman di Singapura dan
membangun studio rekaman sendiri dengan nama PT Warung Tinggi di
kawasan Warung Kopi Jakarta. Perusahaan ini pada awalnya memproduksi
sejumlah rekaman, satu diantaranya adalah album Titiek Puspa. PT Warung Tinggi inilah yang merupakan embrio berdirinya PT Metropolitan Studio pada tahun 1968. Hoki Amin Cengli - ayah 6 anak dan istri Lanni Djajanegara itu - kian berkembang. Pada awalnya memproduksi rekaman band Eka Sapta, karya lagu dan suara almarhum Bing Slamet, A. Riyanto dan sejumlah rekaman lain dalam bentuk piringan hitam (PH) dan kaset. Seiring dengan sukses debut rekaman tersebut, pada Oktober tahun 1971,
Amin mengubah nama PT Metropolitan Studio menjadi PT Musica Studio's
dalam bentuk akte pendirian perusahaan rekaman formal. Sejak saat itulah
berlangsung pembenahan perangkat lunak dan perangkat keras perusahaan
rekaman ini, misalnya dari jumlah studio rekaman yang hanya 2 buah
dengan masing-masing 4 tracks pada tahun 1968 menjadi 8 tracks pada tahun 1979, berkembang lagi menjadi 16 tracks pada 1981 dan 24 tracks pada tahun 1983. Kini jumlah studio rekaman yang terletak di kompleks PT Musica Studio Jl. Perdatam Pasar Minggu Jakarta Selatan itu berjumlah 5 buah. Sebagai perusahaan rekaman terbesar di Indonesia,
Musica Studio's segera melakukan inovasi dalam pola kerja manajemen
produksi. Sumber daya manusianya ditingkatkan, kualitas produksi album
rekaman diperbesar. Sewaktu Yamin Widjaja meninggal dunia pada bulan Agustus 1979,
istrinya Ny. Lanni Djajanegara bersama 4 dari 6 anaknya - mengambil
alih kendali, menjadi tulang punggung 'kerajaan bisnis' rekaman PT.
Musica Studio's. Empat orang putera-puterinya itu adalah Sendjaja
Widjaja, Indrawati Widjaja, Tinawati Widjaja dan Effendy Widjaja. Di
bawah kuartet pekerja rekaman bertangan dingin ini, PT Musica Studio's
berkembang bagai kerajaan musik raksasa diIndonesia, yang berhasil mengantar orang-orang musik muda menjadi artis tenar di bumi Indonesia. Sebelum itu, PT Musica Studio's juga didukung oleh keluarga Widjaja lainnya, yaitu Seniwati Widjaja dan Sundari Widjaja.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar